FFI vs MFI!

Saya bukan insan perfilman Indonesia, namun saya cukup senang melihat pekembangan film-film Indonesia yang sudah bangkit dan sudah menunjukkan kualitasnya, apalagi dengan pemain senior dipadupadankan dengan pemain junior, cukup klop. Apalagi Sutradaranya yang mantap punya.

Malam lalu saya melihat Festival Film Indonesia 2007 digelar di salah satu TV swasta Indonesia. Cukup menarik walau tidak semeriah ketika diadakan di Jakarta. Terlihat beberapa pemenang tidak hadir untuk menerima penghargaan itu, walau ada beberapa yang memang sibuk, tetapi juga ada juga memang niat ngak datang.

Seperti yang diberitakan beberapa hari sebelum pengumuman MFI (Masyarakat Film Indonesia) menyatakan Pernyataan sikapnya bahwa beberapa orang yang dinominasikan mencabut diri.

Kita memang sadar bahwa pelaksanaan FFI 2006 memang memiliki kejanggalan, dan saya mendukung MFI waktu itu, tapi setidaknya panitia sudah mendapatkan pelajaran dari situ. Apalagi juri-juri sekaliber putu wijaya, didi petet, garin nugroho, dll. Gimana mereka bisa memberikan penilaian buruk seperti pandangan terhadap FFI sebelumnya. Orang-orangnya sekaliber itu.

Di salah satu media cetak nasional, MFI menyatakan bahwa penolakan itu terkait dengan pemborosan dana. Alasan tidak logis bagi saya karena memang untuk memberikan penghargaan butuh dana.

Saya sebagai penikmat film Indonesia atau masyarakat Indonesia lainnya malah melihat mereka terlalu arogan untuk bekerja sama untuk membangkitkan film-film Indonesia. Apa kata masyarakat Indonesia melihat malam penganugrahan itu?

MFI berkata di penyataan sikapnya mereka menginginkan “sebuah festival yang jernih, transparan, independen, dan bervisikan majunya industri film nasional juga bagian dari perjuangan kami” tapi gimana kalau selama ini hanya mampu menolak, tapi tidak bisa menatap FFI ini menjadi ajang buat mereka bersatu.

Sudahlah silahkan para insan perfilman itu sama-sama urung rembuk memecahkan masalah ini, karena masyarakatlah yang menilai semua ini, secara saya termasuk masyarakat itu.

~ oleh GRaK pada Desember 15, 2007.

20 Tanggapan to “FFI vs MFI!”

  1. Saya suka nonoton film-film Indoensia, tapi ane jujur ga ngarti soal-soal ginian -halah-

  2. wah, femerhati film ya kawand?

  3. idem with annots aja lah…

    tapi, aku setuju aja kalo Om Deddy mizwar dapat award dua duanya.

    soalnay beliau keren!;)

  4. ow begitu….
    kebetulan saya belum nonton nagabonarjadi2…
    nunggu di tipi…

  5. Boros dana? Yak, mark up anggaran itu kan dah terjadi di mana2, Mas, termasuk di dunia perfilman. Sayangnya, dunia perfilman kita nggak pesat kayak di Cina atau India. Ironisnya, setiap kali ada festival, masalah selalu saja muncul. Banyak pihak yang merasa tidak puas. Meski demikian, FFI tetap bagus, asalkan dikemas dengan cara yang OK. Maju terus perfilman Indonesia.

  6. @ annots : saya juga ndak ngerti, tapi sebagai masyarakat awam melihat ini, gerah juga.

    @ Hoek soegirang : saya penikmat film dan pembaca berita πŸ™‚

    @ Nyonya Farid : sepakat, saya suka banget bung Deddy Mizwar πŸ™‚

    @ Moerz : hehhee, enak sebagai tontonan anak muda jaman sekarang πŸ™‚

    @ Sawali : iyah pak, bagi saya sebagai masyarakat awan yah damai lah, sama2 meningkatkan kualitas film dong. FFI sebagai salah satu caranya jangan moro2 di boikot. Yah sama-sama berpartisipasi gitu.

  7. Wah saya tidak paham masalah pilem2an.
    Tapi mengenai festival yg seharusnya menjadi pemicu sekaligus pemersatu saya setuju Bung. Kenyataan yang ada sepertinya nuansa rivalitas malahan rawan berujung pada “perseteruan”

  8. @ deking : iyah rivalitas yang terlalu dipersoalkan, padahal negeri ini butuh mereka bersatu untuk memajukan film indonesia.

  9. @deking
    udah gitu yang lebih “berpengaruh” malah gaya hidup para bintang pilemnya bukan hasil karyanya

  10. Tak jarang, malah sering terjadi perang image sobat, demi popularitas dan kawan-kawannya 

  11. @ reeyo : mangkanya itu, kita lebih fair liat hasil karya mereka…

    @ goop : nah itu, ngapain kita cari popularitas, mending kita memberikan yang terbaik bukan?

  12. Naga bonar Film terbaik sepertinya … PATUT.

    -Ade-

  13. @ ade : sepakat ade πŸ™‚

  14. saiah pun pcinta & pnikmat pelem indonesia…tapi ya ga suka aja klo ada yg gelut FFI VS MFI…ga penting lagi…katanya FFI kan sejarah perfilman Indonesia tuch…jadi ya dukung2 aja…trus MFI sering teriak minta dihargai…minta perubahan…yg namanya perubaha ga bisa secepat membalikan telapak tangan bukan?perlahan..yg penting arah menuju perubahan itu ada…kayanya FFI 2007 kmaren panitianya dah usaha bgt tuch bwat brubah…jadi ya saling menghargai aja…biar enak bwat smuanya…bukan cman buat FFI or MFI aja…tapi bwat smua masyarakat indonesia yg slama ini jadi penonton…jalan bareng ajalah dairpada sibuk ribut sana-sini…eh taunya ada yg klaim seni & budaya qta lagi loh…!!!!

  15. [OOT]
    Untunglah belum kesampaian jadi insan perfilman 😎
    [/OOT]

    *kabur sebelum disambit*

  16. Memang kalok situ ndak ndukung MFI kenapa Grak ???

  17. @ qaqa : pengennya sih semua insan perfilman itu akur2, saling menghargai…. trus ndak usah terlalu berselisih paham. kalo FFI sudah dikonsep bagus kenapa harus ditolak lagi, ya ngak?

    @ alex : tapi udah kesampaian jadi selebriti, tuh dah pemain gitar… πŸ˜€

    @ mbelgedez : saya tidak mengatakan bahwa saya tidak mendukung, maksud saya, yah sama2lah menyelesaikan permasalahan, FFI 2006 sudah diselesaikan, dan FFI 2007 sudah lebih baik kenapa tidak didukung?
    yah seperti itu maksud saya. Saya bukan insan perfilman loh mas.

  18. Oooogh…….

  19. Saya menjadi penikmat aja deh, kalau ada film Indonesia di bioskop berusaha menonton, kalau tak ada waktu nanti beli VCD/DVD nya…asal bukan film horor…ihh serem, mendingan yang lain deh kalau film nya horor.

  20. @edratna : sama bu saya juga ndak suka film horor πŸ™‚

Tinggalkan Balasan ke qaqa Batalkan balasan