Kejujuran dinilai berapa sama dosen?
Jadi mikir tentang nilai yang dikeluarkan oleh seorang dosen, gimana ngak mikir, lagi kuliah patologi anatomi ditambah lagi ngumpulin tugas eh di akhir kuliah disuruh cari jurnal juga. Ternyata berat juga jika kita benar-benar melaksanakan seperti mahasiswa biasa, pantesan benar saja iklan lombanya Mixone bahwa mahasiswa itu mahasibuk, maklum MAHA-siswa.
Tapi ada juga mahasiswa super santai maklum tinggal nyontek sana sini meminjam punya teman dan lain-lain, kan gampang jadi mahasiswa, jadi hukumnya di sini berlaku mahasiswa super santai. Apalagi yang punya kemampuan komunikasi tingkat tinggi, dengan sedikit merayu temannya semua bahan bisa didapatkannya.
Nah berapa nilai yang diberikan seorang dosen melihat kasus ini? Tugas perfect semisal dia bisa kerja 10 dari 10 soal, tapi contekan dibanding tugas gak sempurna semisal dari 10 hanya bisa mengerjkan 6 maklum hanya 6 nomor itu yang benar-benar bisa dikerjakan dengan susah payah mencari referensinya? apakah 10 untuk yang mengerjakan 10 sedangkan 6 untuk mengerjakan hanya 6?
Di sebuah ujian, seorang mahasiswa dengan lihainya menggunakan segala cara untuk mendapatkan nilai tertinggi di sebuah ujian, baik itu nyontek sana sini, nyiapin catatan di simpan di baju, atau nyiapkan formasi tempat duduk. Sedangkan ada satu mahasiswa memang salahnya sih tidak belajar malamnya, tapi tidak tau juga alasan apa (apa sakit ataukah karena terkena sindrom blog, ngeblog sampe malam hahaha) sehingga dia harus mengisi lembaran jawaban hanya dengan menulis ulang soalnya.
Berapa nilai kejujuran yang diberikan seorang dosen atas dua kasus di atas? kepada mahasiswa yang jawaban hampir sempurna ataukah mahasiswa yang tidak ada jawaban sama sekali?
Kalaupun seorang dosen mampu menilai kejujuran mahasiswanya, kira-kira parameter yang digunakan apa yah?
Pertanyaan seorang mahasiswa yang tidak tau apa-apa tentang nilai.
funya tugas? mo bikin makalah ndak semfed? cukuf hubungi saia di nomer 085227****** saia akan kerjakan dalam waktu 1 malam!!!
(suda berfengalaman mengerjakan 20 tugas lebih milik mahasiswa hukum, ekonomi manajemen, sastra inggris, dan fakultas psikologi)
ps : felajaran sosial onle!
hoek said this on November 2, 2007 pada 3:31 am |
ya yang namanya dosen kan nggak selalu harus ngikuti ke berapa puluh mahasiswanya 24 jam dalam seminggu cuman supaya tau tuh mahasiswa nyontek atau nggak….
pahami dosen juga dunks….
celotehsaya said this on November 2, 2007 pada 7:02 am |
fakultas kedokteran yah mas?
aprikot said this on November 2, 2007 pada 7:26 am |
hoek <= haha,kalo FK gimana bisa ngak?
celotehsaya <= nah aku kan bertanya gimana coba dosen menilai kejujuran mahasiswanya itu? apa langsung liat hasil atau ada cara lainnya? secara aku mahasiswa yang ngak tau apa2 π
aprikot <= aku nulis kalo aku mahasiswa FK ya? π
GRaK said this on November 2, 2007 pada 9:01 am |
ngga! cuma nangkep dr kuliah patologi anatomi. sprtinya ini mata kuliah yg diajarkan di FK π
aprikot said this on November 2, 2007 pada 9:22 am |
Persolannya, kamu nggak kuliah di FK (Fakultas Kejujuran) jadi yang dinilai bukan kejujurannya π
BTW, sebenarnya kuliah pengen apa sih? Pengen pinter? Atau nilai bagus? (lho…:0 kok malah pengen dapat pacar?)
bcauseiloveu said this on November 2, 2007 pada 10:09 am |
aprikot <= oh, patologi anatomi, hehe iyah aku sebutin yah mata kuliah itu π
bcauseiloveu <= iya kali yah π
kuliahkan ingin mendapatkan ilmulah, aku kan ngak ngomong tentang keinginan kuliah, tapi gimana nilai kejujuran itu dinilai? gitu aja. Apa emang ngak ada?
mau tidak mau setelah kuliah juga kan kita kerja, nah secara keseluruhan, selain ilmu, kepribadian kan juga dinilai.
GRaK said this on November 2, 2007 pada 10:28 am |
sulit menilai kejujuran kalau patokan utama adalah nilai… π dan demi nilai apapun bisa dilakukan.
*mantan dosen yg “keras” sama mahasiswa*
fertobhades said this on November 2, 2007 pada 12:23 pm |
fertobhades <= berarti kejujuran itu tidak masuk penilaian?
gimana mengetahui kalo mahasiswanya benar2 sudah memahami materi kuliah kalo gitu?
GRaK said this on November 2, 2007 pada 12:26 pm |
Kejujuran seringkali nggak masuk hitungan di kamus dosen kali, mas, ya? Makanya lebih baik nyontek ketimbang nilai ancur. Bisa jadi mahasiswa yang belajar sungguhan malah kalah nilainya dengan mahasiswa yang *maaf* suka nyontek. Kalau saja saya jadi dosennya *mimpi kali ye* akan saya cek dari struktur bahasa dan gaya penulisannya. Kalau diksi dan titik komanya persis di buku, dah nggak usah dikasih ampun. Nilai D, kalau perlu E.
Sawali Tuhusetya said this on November 2, 2007 pada 12:42 pm |
wah pertanyaan aku sama kepada fertob, untuk mengevaluasi mahasiswa seberapa paham materi kuliah gimana dong?
Kalo memang struktur dan diksi mirip buku, mungkin saja dia hapal bukunya, gimana tuh pak?
GRaK said this on November 2, 2007 pada 12:45 pm |
ujiannya yang diubah. bukan lagi soal pilihan ganda, tapi soal-soal dengan penjabaran dan pemahaman yang lebih dalam. kalau perlu mereka menggunakan penjelasan sendiri yang nggak ada di text book.
dan saya dulu sering menggunakan ujian essay + penjelasan dengan kata-kata mereka sendiri.
*dan sambil mata melotot melihat siapa yang nyontek*
fertobhades said this on November 2, 2007 pada 1:55 pm |
saya menilai kejujuran dengan sangat tinggi dan mempunish ketidakjujuran dengan sangat keras….. Meski keras, tapi saya juga kasih kesempatan kedua kok bagi yg tidak jujur π
Parameternya: interogasi empat mata dengan si mahasiswa, apakah dia jujur atau tidak… Perlu waktu memang, tapi demi kebaikan si mhs di kemudian hari.
Ketidakjujuran bagai fatamorgana, seakan memberi harapan meski sebenarnya membahayakan……
alief said this on November 2, 2007 pada 2:01 pm |
fertobhades <= terima kasih pak atas informasinya moga dosen-dosen lain membacanya.
alief <= wah pak, salut dengan cara bapak menilai kejujuran.
sepakat banget pak, sangat menakutkan sekali kalo memang kita menyontek ataupun tindak ketidakjujuran lainnya
GRaK said this on November 2, 2007 pada 2:32 pm |
walah…pak guru dan pak dosen sudah ikutan nimbrung….
komen saya mungkin jadi nggak valid nih, secara ik ndak pernah ngajar…
tapi menurut ik, setiap guru dan dosen punya cara menilai murid atau mahasiswanya…entah dengan menilai keaktifan dia, entah menilai dari ego *yang egonya tinggi biasanya males buat nyontek* entah dari mana….yang jelas, kalo cara penilaian ini ketauan murid atau mahasiswa…. *anggep aja ketauan umum* ….bukannya malah bahaya buat dosen atau guru tersebut, soalnya cara menilai dia jadi ketauan…
jadi IMO, biarkan itu jadi rahasia orang yang akan memberi nilai…
celo lagi stress said this on November 2, 2007 pada 2:57 pm |
Iya benar juga, dari keaktifan dll.
nah permasalahannya gimana kalo dosennya tuh super sibuk, dan hanya menilai dari jawaban, ataupun nilai akhir. pasti dia cari yang benar dikasih nilai baik.
Jadi tetap patokannya penilaian lewat jawaban yang benar dong ?
GRaK said this on November 2, 2007 pada 3:02 pm |
walaupun tuh dosen sibuk….
apa ya setiap ada kuliah dia nggak dateng…???selama kuliah dia kan juga harus ngisi berita acara dsb itu…
dan setauku baik di SMA maupun PT yang namanya tugas itu susah kalo pingin
nycontek karena sekarang jamannya mikir sendiri…kecuali yang dibuatin lho ya….
celo lagi stress said this on November 2, 2007 pada 3:10 pm |
maksud aku menilai dari segi ujiannya, kalo nilai kolektif sih mungkin salah satunya bisa melihat sikap, kehadiran dan lain2.
biasanya kan tugas yang diberikan sama, jadi potensi untuk dikerjakan atau tinggal salin juga ada kan?
GRaK said this on November 2, 2007 pada 3:45 pm |
nilai dari dosen kan ga penting π
antobilang said this on November 2, 2007 pada 4:25 pm |
trus yang penting apa nih? π
GRaK said this on November 2, 2007 pada 4:50 pm |
eh sayah lupa dinilai berapa
sebab nilai sayah paleng berkisar CDE sih
π
almascatie said this on November 2, 2007 pada 6:55 pm |
C-D-E itukan nilai π
GRaK said this on November 2, 2007 pada 7:22 pm |
Seandainya kejujuran dinilai … jangan2 banyak yang jadi malas untuk belajar dan hanya mengandalkan kejujuran untuk mendapatkan nilai
deking said this on November 2, 2007 pada 9:02 pm |
wah sudut pandang lain melihat penilaian terhadap kejujuran. salut π
Jika semuanya sudah jujur, berarti nilainya sama semua dong, berarti mereka butuh kompetisi untuk meraih yang terbaik, sehingga berusaha belajar mati2an mendapatkan nilai yang terbaik pula.
GRaK said this on November 2, 2007 pada 9:17 pm |
Nyelekit dan menggigit… mahasiswa kritis harusnya kulah di fakultas kritis dan jurusan jujur…
tenang saja mas, sampean dapat nilai jelek dari dosen yang memang tidak tahu kejujuran, tapi sampean dapat nilai bagus di mata Malaikat…
Kurt said this on November 3, 2007 pada 3:47 am |
Wah.. pengalaman gw banget nih. Gw pernah dituduh nyontek, padahal kaga pernah. Adanya malah yang nyontek gw yang dapat nilai B. Indonesia memang gila ya?
hariadhi said this on November 3, 2007 pada 4:28 am |
Kurt <=
Fakultas kritis dan Jurusan Jujur itu ada di semua Fakultas dan Jurusan, tenang aja.
Iya, benar juga malaikat lah yang mencatat dan Tuhan yang memberikan pahalaNya.
hariadhi <=
wow, sama, semoga idealisme kita tetap sama π
nah sekarang kita harus mengubah tingkah polah manusia Indonesia yang tidak benar, yang benarnya dipertahankan π
GRaK said this on November 3, 2007 pada 5:48 pm |
I don’t know.
Mungkin saat kita terlihat konsentrasi di kelas lalu ditanya tentang suatu soal trus kita jawab dengan polos ” aku nggak tahu pak “
evelyn pratiwi yusuf said this on November 4, 2007 pada 10:10 am |
yupe… Kadang gw mikir god damned tuh dosen. Kaya yang paling tahu sedunia aja. Apa gw kurang ganteng kali ya.. jadi bawaannya dituduh2 mulu (wakakakak apa hubungannya)
hariadhi said this on November 5, 2007 pada 1:48 pm |
evelyn pratiwi yusuf <=
tapi itu jujur dong? bilang tidak tau, walau pengen benar2 konsetrasi.
hariadhi <=
yah mestinya kita sadar juga sih, kita mesti perbaiki diri juga π
GRaK said this on November 5, 2007 pada 5:42 pm |
kalau masalahnya ada di muka apanya yang mau diperbaiki? hihihi Operasi plastik?
hariadhi said this on November 22, 2007 pada 3:20 am |
iyah perbaiki diri aja π
GRaK said this on November 22, 2007 pada 3:54 am |