Membahasakan Agama
Masing-masing agama memiliki cara tersendiri untuk memberikan penjelasan kepada umatnya tentang keyakinan dan dasar-dasar keimanan yang dimiliki agama itu.
Tapi banyak orang salah kaprah, orang menjelaskan agama A dengan kapasitas untuk umat agama A tapi ternyata dia menyebarkan ke agama B. Demikian sebaliknya, konsumsi pemberitaan tentang agama A tidak disampaikan secara menyeluruh kepada A.
Sebagai contoh :
“Umat muslim dilarang memakan babi itu haram” (khusus buat umat Islam)
“Umat hindu dilarang memotong sapi” (khusus buat umat hindu tentunya)
tentunya yang diharamkan itu adalah umat yang agama Islam, dan yang dilarang itu umat hindu, bukan ditujukan sama agama lain. Kadang sering terjadi interpretasi yang salah, malah umat lain yang berceloteh keras ketika suatu pernyataan yang sebenarnya ditujukan ke bukan umatnya itu.
Beberapa bahasan di dunia blogsphere kadang terlalu menyudutkan suatu agama, padahal imbauan itu diberikan kepada umat tertentu bukan seluruhnya. Kadang imbauan diberi untuk kalangan tertentu tetapi kenapa semuanya pada marah.
Larangan yang diberikan suatu agama kadang diinterpetasikan beda pula oleh umatnya, karena ilmu yang dia dapat hanya sedikit jadi kemampuan memberikan makna hanya sebatas fikirannya.
Jarang kita berfikir jernih dalam menyikapi permasalahan-permasalahan agama yang sering dilontarkan. Semisal
“Sekelompok umat melarang menonton doraemon karena banyak hal-hal yang tidak bermanfaat dan tidak memiliki keyakinan mendasar”
Disikapi dengan memberikan perlawanan, terhadap pernyataan itu. Padahal kita harusnya bersikap positif bahwa ternyata umat itu melarang karena beberapa poin yang aku rasa emang benar adanya. Itu yang harus kita sadari menyikapi permasalahan dengan bijak. Tapi memang kita tidak serta mert mendukung pernyataan itu.
Semisal mengeritik tentang film Indonesia, kita pada rame-rame mencak-mencak Film Indonesia jelek banget, terlalu dibuat-buat, berlebihan, dll. Tapi apa daya ternyata itu memberikan nilai-nilai sosial dengan adanya peran protagonis yang dermawan, nilai semangat dengan tokoh2 yang dulunya hanya seorang kecil ternyata bisa kaya raya dengan kerja keras. Semua itu ada nilai-nilai positifnya.
Tiba-tiba ada sekelompok orang yang memberikan larangan menonton Film Indonesia, apakah kita turut serta membanting stir untuk membela Film2 itu? bahwa memberikan tontonan sosial, kerja keras, dan lain-lain.
Semua orang memiliki pendapat berbeda tentang sesuatu hal, negatif dan positif.
Sedemikian pula lah semua kantun dan sebagainya jika ada sekelompok orang memberikan larangan menonton kartun itu wajar karena mereka menilai ada nilai-nilai negatif yang dilihatnya, walau kadang sisi positif tidak bisa dihilangkan.
Harapanku tidak muluk-muluk cukup untuk bersikap bijak melihat positif dan negatifnya suatu permasalahan, jadi tidak subjektif dan tidak emosional.
Sep…
melihat dari sisi lain π
selalu positif thinking ya bro??
goop said this on Desember 27, 2007 pada 10:20 am |
Saya kira bener Mas Grak. Kita nggak perlu memaksakan keyakinan kita kepada orang lain. Ini menyangkut masalah yang prinsipil bagi kita sebagai umat beragama. Kalau agama orang lain diobaok-obok juga, pasti juga akan menimbulkan reaksi.
Sawali Tuhusetya said this on Desember 27, 2007 pada 11:44 am |
kayaknya kita sepaham π
aRuL said this on Desember 27, 2007 pada 2:42 pm |
tapi ada garis tipis antara “obyektif & tidak emosional” dan “tidak punya pendirian/sudut pandang”. saya rasa banyak yang masih sulit membedakannya.. π
yang jelas Doraemon sampai sekarang masih komik & kartun favorit saya
kuchikuchi said this on Desember 27, 2007 pada 6:54 pm |
komentar klimax *baca belakangan π *
annots said this on Desember 28, 2007 pada 8:51 am |
Saya kok belum pernah denger ada larangan tentang liat film kartun tertentu, atau saya yang kuper ya?
annots said this on Desember 28, 2007 pada 8:53 am |
kitapun tidak dapat memaksakan keyakinan kita untuk diyakini pihak laen .. π
regsa said this on Desember 30, 2007 pada 3:07 pm |
Salam kenal dari saya
Hatim Gazali said this on Desember 30, 2007 pada 7:03 pm |
w3h dah baleik…
Moerz said this on Januari 1, 2008 pada 4:12 pm |
# goop : iya, melihat sisi lain.
# Sawali Tuhusetya : iya, itu yang saya maksud, trus mencoba-coba memberikan pembenaran, padahal blum paham tentang agama itu.
# aRuL : yup π
# kuchikuchi : memang tipis, tapi setidaknya kita tidak sesubjektif itu dalam membahas agama, kartun hanya salah satu contoh koq.
# annotz :jarang lihat BOTD ya? ada golongan tertentu melarang menonton kartun itu.
# regsa : iya, biarkan mereka merasakan sendiri keyakinannya
# Hatim Gazali : salam kenal balik π
# Moerz : balik? aku belum yakin, masih banyak agenda yang aku harus lakukan π
GRaK said this on Januari 2, 2008 pada 12:50 am |
betul! coba kita lihat masalah itu dari berbagai sudut pandang.
tadinya udah males baca waktu liat judulnya yang lagi2 ttg agama.
tapi ternyata gak seperti yang gw bayangkan
tukangkopi said this on Januari 9, 2008 pada 6:24 am |
SALAM SEJAHTERA UNTUK ANDA SEMUA
ADA KOMENTAR
alfaroby said this on Januari 11, 2008 pada 12:20 pm |
klo gak salah kebenaran ada 3:
kebenaran ilahi
kebenaran norma
kebenaran pribadi
yang dibahas klo gak salah 2 yang terakhir itu karena mereka salung berhubungan. saya sih setuju aja. cuma bukan berarti dengan perbedaan paham itu kita jadi memagari diri dan tak mau tau pendapat orang laen.
mahma mahendra said this on Januari 12, 2008 pada 10:27 am |
bagus juga… jadi ini salah pihak tertentu yang tiba-tiba menggeneralisir umatnya ya π
Andrew Wijaya said this on Januari 13, 2008 pada 12:47 pm |
Juga lebih bagus kalau kita mampu MENGAGAMAKAN BAHASA.
mathuinmks said this on Februari 22, 2008 pada 12:51 am |
Waduh, kok putus.
Jadinya kalau ngomongin tentang agamanya orang gak saenaknya dewe.
Bukan begitu to?
mathuinmks said this on Februari 22, 2008 pada 12:52 am |